Monday, December 7, 2009

jika aku menjadi pungguk

sejak dulu aku merasakan langit yang ingin ku capai semakin jauh
mungkinkah telapak kaki ku selama ini tidak berpijak di gunung
ataukah aku yang semakin lama semakin karam di lautan
apakah langit yang ku impikan hanya segumpal awan yang membiru
yang dihiasi dengan warna-warna pelangi yang tiada rembulan dipagar bintang
apabila hati ku menginginkan rembulan emas dan bintang kejora
aku tetiba diselubungi malam yang kelam dan menakutkan
apakah aku sekedar pungguk yang terikat kaki di pucuk pohon cemara
yang enggan menentang sinar mentari yang sadis dan tidak peduli siapa
dunia ku kelam, aku tak bisa terbang seperti helang sayup di awan
selalu ku rasakan rembulan emas melihat dan mentertawakan
nasib pungguk yang sejak berzaman menghabiskan malam merindu dendam
apakah aku harus kembali ke rimba berteman tikus dan serangga..
mempersetan segala keindahan yang mempesona dan menguja
kiranya hidup ini dan keindahannya bukan untuk si pungguk yang sengsara
ia milik merak yang menggigal di istana dan garoda yang merajalela
oh! apakah aku harus menangisi nasib diri yang sejak dulu sepi
airmata yang ku warisi sejak berkurun sudah sememangnya tidak punya erti
setiap yang bernyawa punya jatidiri yang dititipkan Rabbul 'Izzati
keinginan dan kecintaan tidak pernah mampu mengubah takdir Ilahi
jika hutan ini yang terbaik untuk ku maka sesungguhnya redhalah aku
menjadi pungguk yang rindu, kasih dan bertasbih kepada Dia, Pemegang jiwaku
biarlah aku terus sedemikian ini sampai saat yang dijanjikan
sesungguhnya hari kiamat, bulan, bintang dan mentari enggan lagi berputaran
bersatu dalam kekalutan, dan aku yang telah terfana dengan cinta
kini menyedari; hari ini telah bersatu pungguk dengan rembulan dan bintang
namun cintanya yang telah terkorban sekian lama tidak lagi bersisa
cuma helaan nafas yang berat dan terbatas masih mengungkapkan doa
buat kekasih yang telah bepisah sekian lama dan kini tidak lagi kenal sesiapa..

No comments:

Post a Comment