Wednesday, January 20, 2010

ini aku

dalam transisi ini kegawatan sungguh terasa menerjah qalbu
waktu begitu pantas meninggalkan diri yang masih termangu
jiwa-jiwa silih berganti datang pergi meninggalkan dunia yang beku
aku yang masih di sini mengira untung nasib yang belum tentu

belum cukup rasanya persediaan untuk ku jalani denai penuh ranjau
masa tidak menanti sesiapa pun dan aku hingga kini masih di rantau
jasad yang longlai ini seakan tidak mampu menahan gejolak sasau
teguh hati kukuh jiwa tegar beriman agar dunia akhirat tak terpelau

di ambang sore awan berarak dan mentari merah mulai sirna
alam yang kian tua mulai mempamer rahasianya dan aku terkesima
setelah tiga dekad aku bertarung jihad ku belum sampai kemana
mungkin sudah sampai masanya aku tawakkuf dari kesibukan dunia

terang cahaya rembulan tidak memberi erti andai mata terpejam
sinar mentari tidak membawa makna andai usaha hangat tahi ayam
tubuh sasa sekedar tontonan jika buah fikir gersang hati suram
kaki beku tangan kaku lidah kelu cita-cita karam di lautan dalam

bangunlah sedarlah tobatlah, tanah air ini masih menjadi pilihan
lihatlah jutaan warga pati berduyun merata ceruk bergelandangan
terusir dari tanah air oleh nasib diri yang tidak seindah pandangan
demi membela generasi dan maruah diri, nyawa rela dikorbankan

dalam transisi ini ribut badai datang menerpa bukan membunuhku
aku berpencak di gelanggang nyawa tergantung di hujung kuku
biar ketitisan darah terakhir, taming sari merobek jantungku
biar putih tulang jangan putih mata, ini aku, anak abah dan ibuku.

Thursday, January 7, 2010

getarasa tahun baru..

tahun baru ini begitu pantas, telah seminggu berlalu
mengapa sejak kemarin engkau masih begitu
apakah langit yang mendung kini tambah jerebu

wajah itu hari ini tampak setahun lebih tua
entah apa yang terhijab di sebalik senyum tawa
dikelilingi teman2 yang suku abad lebih muda

jangan tuntutan dunia mengikat kaki mu yang ketar
tahun baru ini menjanjikan cabaran yang sukar
mengapa tekad dan hasrat mu masih samar

kesibukan2 dan urusan keluarga entah bila surut
sejak dua puluh tahun sampai kini masih diturut
tanpa sadar modal umur semakin hari semakin susut

mungkin jiwa mu terlena dalam belaian kekasih
runtunan hasrat yang melonjak ke bebayang yang putih
anehnya manusia..kerna dunia tak pernah kenal letih

sesekali azam tahun lalu mengimbas bagai bayu malam
sedikit senyum mengulum bila tergambar masjidil haram
masih terasa2 sayu yang menerjah tika lewat bab-us salam

apakah tahun baru ini tidak menjanjikan anjakan
kaki yang telah lama tidak menempuh sayap malaikat di jalanan
rindu rasanya tika qiam di balik tembok batu di perbatasan

bukankah telah engkau pahat tekad di pintu kaabah
di bawah bebayang pancur mas panjatkan doa tenang dalam payah
kucupan wada' di hajrul-aswad, tenang dalam sabar merentas kiswah

entah bila jihad qital dan syahid yang ditunggu bakal mendatang
yang pasti nafsu dan syaitan belum pernah berhenti menentang
demi Dia di tanganNya semua jiwa, hati mujahid tak pernah gersang

langit yang biru beransur kelam dalam sinar mentari yang dingin
hati yang meniti perbatasan langit terbang tinggi bersama angin
terfana dalam kilasan cahaya arasy, memandang dunia tak lagi ingin

aduhai teman, ayuhlah berjuang, lupakan semua cita-cita cinta
mulakan langkahmu malam ini, tika manusia terlena dalam leka
teteskan airmata penyejuk jiwa yang meronta mencari merdeka.