Monday, December 14, 2009

terbangkan aku ke kaabah

aku ini cuma sebutir debu yang terbang dibawa angin
lalu terdampar di pepenjuru dunia sampai kini masih di sini
dan aku merasa sangat ingin terbang ke kaabah
lalu bersemadi di hajrul aswad di bawah bayangan kiswah
atau terdampar di celah rekahan batu antara multazam
biar air mata hujjaj menitis membasahi ku, sungguh aku rela
dan itulah kebahagiaan yang ku dambakan di saat2 akhir usia
oh angin marilah kemari..bukankah aku temanmu sekian lama
bertandanglah ke daerah gersang tanpa belas dan bawalah aku
pergi jauh agar kenangan ku tidak lagi bisa kembali selamanya
bawalah aku ke kaabah..di sana syurga sang pencinta yang luka
hari ini penghujung usia ku di sini, dan esok tahun baru
aku rayakan di sana di bawah lembayung rahmat Ilahi dan doa2
dari jiwa dan hati yang merasa dan menyaksi rindu para kekasih
jasad ku hina bagai debu yang masih terdampar di daerah gersang
sungguh jiwa dan hati ku ingin terbang ke arasy menagih kasih
dari Kekasih yang sekian lama merendamku dalam lautan sabar
agar Dia rela menitipkan bayu keras menghembus membongkar
sekujur jasad yang hina bagai debu yang terlena dalam angan
terbangkan aku kirimkan aku ke kaabah..dan tinggalkan aku
biar 1431 berulang kembali aku kan pasti bisa bersabar dalam rela
menanti hati ku yang munajat dan menagih kasih di arasy
entah dia tega kembali setelah menyaksi Wajah Kekasih yang abadi
dan aku..jasad yang hina bagai debu, kini terdampar di jamrah..

Wednesday, December 9, 2009

hidup kita bagai rerama

hidup kita pada hari ini bagai rerama yang berterbangan di taman
dari kuntum ke kuntum dari kelopak ke kelopak dari dahan ke dahan
menikmati sedikit manis madu dan bersukaria bersama teman-teman

terpesona oleh keindahan warna sepasang sayap yang pantas berputar
terkesima oleh kecantikan warna flora di musim bebunga mekar
terbang bebas ke sana sini dibawa hembusan bayu bulan mac yang segar

tahukah engkau keindahan ini pabila sangkakala ditiup maka ia berakhir
terbelah langit bertaburan bulan bintang gunung ganang habis terjungkir
bergoncang bumi terburai isi, binasa makhluk melata umpama buih di atas pasir

bukankah kita manusia, makhluk Allah yang terbaik pernah diciptakan
tugas menjadi hamba Allah dan khalifah, supaya bumi ini dimakmurkan
lantas mengapa kita mengikuti jalan nafsu, di atas bumi melakukan kebinasaan

ingatlah, diri kita ini dijadikan punya rahasia dan hikmah yang besar
supaya kita menjadi hamba yang soleh, muttaqin yang sejati, mujahid yang benar
berakhlaq mulia, tulus ikhlas, berilmu bertaqwa, tauhid yang murni menjadi akar

jasad direka sedemikian rupa agar engkau qiam, ruku dan sujud dengan aman
mata terpaku ke tanah tempat asal kita dan kepadanya kita bakal disemadikan
wajah terarah ke kaabah, hati memandang kepada Allah, kepada Dia kita dikembalikan

lisan zahirmu, akan KalamNya bacalah; lisan batinmu akan zikirNya kumandangkanlah
setiap denyut nadi degup jantung rasa syukur dan takzim, kebesaranNya renungkanlah
setiap gerak dan diam, setiap urat dan sendi, darah yang mengalir, ayat2Nya fikirkanlah

aku kini umpama kolek yang kerdil belayar di atas belas ihsanNya menuju muara
akan tiba saatnya hidup ini berakhir dan aku bakal dilambung ombak lautan tiada tara
aku hidup bagai rerama terbang dalam rahmanNya, di malam hari kepadaNya mengadu lara.

Monday, December 7, 2009

jika aku menjadi pungguk

sejak dulu aku merasakan langit yang ingin ku capai semakin jauh
mungkinkah telapak kaki ku selama ini tidak berpijak di gunung
ataukah aku yang semakin lama semakin karam di lautan
apakah langit yang ku impikan hanya segumpal awan yang membiru
yang dihiasi dengan warna-warna pelangi yang tiada rembulan dipagar bintang
apabila hati ku menginginkan rembulan emas dan bintang kejora
aku tetiba diselubungi malam yang kelam dan menakutkan
apakah aku sekedar pungguk yang terikat kaki di pucuk pohon cemara
yang enggan menentang sinar mentari yang sadis dan tidak peduli siapa
dunia ku kelam, aku tak bisa terbang seperti helang sayup di awan
selalu ku rasakan rembulan emas melihat dan mentertawakan
nasib pungguk yang sejak berzaman menghabiskan malam merindu dendam
apakah aku harus kembali ke rimba berteman tikus dan serangga..
mempersetan segala keindahan yang mempesona dan menguja
kiranya hidup ini dan keindahannya bukan untuk si pungguk yang sengsara
ia milik merak yang menggigal di istana dan garoda yang merajalela
oh! apakah aku harus menangisi nasib diri yang sejak dulu sepi
airmata yang ku warisi sejak berkurun sudah sememangnya tidak punya erti
setiap yang bernyawa punya jatidiri yang dititipkan Rabbul 'Izzati
keinginan dan kecintaan tidak pernah mampu mengubah takdir Ilahi
jika hutan ini yang terbaik untuk ku maka sesungguhnya redhalah aku
menjadi pungguk yang rindu, kasih dan bertasbih kepada Dia, Pemegang jiwaku
biarlah aku terus sedemikian ini sampai saat yang dijanjikan
sesungguhnya hari kiamat, bulan, bintang dan mentari enggan lagi berputaran
bersatu dalam kekalutan, dan aku yang telah terfana dengan cinta
kini menyedari; hari ini telah bersatu pungguk dengan rembulan dan bintang
namun cintanya yang telah terkorban sekian lama tidak lagi bersisa
cuma helaan nafas yang berat dan terbatas masih mengungkapkan doa
buat kekasih yang telah bepisah sekian lama dan kini tidak lagi kenal sesiapa..