Tuesday, December 4, 2012

Aku Baru Pulang Dari Haram

Aku baru pulang dari Haram

masih tergambar bayangan Kaabah yang kudus
yang selalu ku lihat dari jauh dan kini ku rindui
ah - kalau lah aku masih bisa menatapnya
sudah tentu tak ku izinkan kelopak mataku berkelip
biarlah panas biji mata ku terbakar oleh angin Mekah
nanti airmata ku tentu bisa menyejukkan jua
bukankah hitam itu indah dan harumnya Kiswah

masih terasa lelah perjalanan yang payah
melalui lorong berdebu dan bertimbun sisa sampah
ku gagahi jua kaki yang kejang dan lutut yang goyang
doa ku agar kuat untuk meredah hujung dunia
bukan hanya kali ini bahkan lagi dan lagi
ku lalui lorong berdebu berbukit batu dan asap kereta
dan laungan suara kecil syekh yaman tua menjual buah delima
dan jeritan kekanak hitam " sadaqah fi sabilillah min mal Allah "
azam ku yang dulu masih jua terhutang sampai kini

masih terasa himpitan dan bau masam keringat ibadah
saudara-saudara ku - aku berlapang dada kerana iman
kita bagaikan satu - dari Dia kita datang
dan kita sedang dalam perjalanan kembali kepadaNya
dan kita beramai-ramai menuju rumahNya mencari rahmatNya
aku maafkan kalian andai terpijak kakiku, tersiku rusukku
maafkan aku jua andai terjegil mata atau terungkap kata-kata

masih tergambar wajah-wajah tua dan tubuh kurus
pakaian yang tidak terurus namun semangat terus bagai arus
dari fajar hingga rembang mereka itulah yang berusaha
mengharung lautan manusia demi mencari janjiNya
mencari rahasia mendamba wajahNya
sedangkan aku masih menanti masa usai yang sejak sebulan lalu
masih belum ku temu hingga saat kini aku terbuang di sini

masih aku rasai haruman 'oud dan ambar merayap di dinding batu
asap putih berlegar di ruang lobi bin daud dingin dan syahdu
kurma madu dan susu, jus mangga dan jambu batu dan laban botol biru
terasa tenang dan santai - menikmati shawarma dan kebab - teh susu
ah - inilah kerinduan ku sejak lima tahun dulu - dan esok siapa tahu
ada umur ada rezeki dan rumah ini tetap menanti ku

masih ku terbayang rerumah kotak batu di cecelah lorong berliku
mendaki bebukit dalam kehangatan debuan kota batu
menelusuri jejak Kekasih Allah dan para awwalin Islam
seakan ku rasai kehadiran ruh perjuangan di arena abul arqam
pertemuan yang ringkas dengan mesej tuntas
perjuangan mesti diteruskan dan aku bingkas
semangat sama panas, hijrah jihad dan niat
menu pantas kari kibas orang bujang tapi tetap lazat

masih ku terkenang masam manis tuak arab warisan berabad
merah bak sirap bunga cengkih kayu manis dan senyuman si walad
ubat batuk - katanya walau ragu ku teguk jua
di simpang tiga - masjid an nur - berdepan Jannatul Ma'ala
alangkah - jika penghuninya bisa bangkit tentu mereka tak berkira
walau satu dunia untuk secawan sejuk segar tuak arab peduli apa
malangnya sesaat pun tidak bisa kembali
ahli dunia masih gelak ketawa makan minum dan rokok haram tanpa mengerti

biasalah - bila berjauhan baru dirasai kekurangan itu ini
dulu di depan mata melayan karenah badan sakit sana sini
kini memasang cecita mau kembali tahun hadapan ada umur murah rezeki
terasa ingin bersemadi di Maqam Ibrahim memperhamba diri
penat lelah kepayahan pengorbanan dan sabar itu satu pencapaian
kemudian terasa manisnya di hati dan tawadhu' tak terucapkan
gejolak rasa panas dan silau kemilau cahaya ibadah dalam keegoan
tak terbanding syahdu dan rindu ruku' dan sujud dalam kerendahan






No comments:

Post a Comment